
No Cap, Ini HP Gacor Paling Worth It 2025? Spill Semuanya!
The New “Flagship Killer” is Here, YGY!
Setiap tahun, ceritanya selalu sama. Para gadget enthusiast dan kaum mending-mending pasti berburu satu HP yang bisa ngacak-ngacak pasar: spek dewa, tapi harganya nggak bikin kantong kena mental. Nah, di tahun 2025 ini, semua mata tertuju pada Poco F7 Pro. Pertanyaannya, apakah HP ini beneran
GOAT (Greatest of All Time) di kelasnya, atau cuma hype sesaat? Let’s spill the tea, YGY!.
Poco F-series dari dulu emang udah dapet reputasi sebagai “flagship killer”. Mereka selalu berhasil bawa performa buas ke harga yang lebih
merakyat. Poco F7 Pro ini jelas punya misi buat nerusin tradisi itu, tapi kali ini nggak cuma modal kenceng doang. Poco nge-klaim HP ini sebagai “Ultrapower Unleashed”, menjanjikan paket komplit dari chipset flagship Snapdragon 8 Gen 3, baterai monster 6000mAh, layar 2K Flow AMOLED yang bussin’, sampai bodi premium dengan rating IP68. Sebuah kombinasi yang biasanya cuma ada di HP belasan juta, tapi disajikan dengan harga yang lebih masuk akal.
Sebelum kita bedah lebih dalam, ini dia contekan spesifikasi lengkapnya biar lo bisa liat sendiri seberapa serius Poco kali ini.
Tabel 1: Spesifikasi Lengkap Poco F7 Pro
Kategori | Spesifikasi |
Platform | Chipset: Qualcomm Snapdragon 8 Gen 3 (4 nm) CPU: Octa-core (1×3.3 GHz Cortex-X4 & 3×3.2 GHz Cortex-A720 & 2×3.0 GHz Cortex-A720 & 2×2.3 GHz Cortex-A520) GPU: Adreno 750 OS: Android 15, HyperOS 2 |
Bodi | Dimensi: 160.3 x 75 x 8.1 mm Berat: 206 g Build: Frame aluminum, depan-belakang Gorilla Glass 7i IP Rating: IP68 (tahan debu dan air hingga 1.5m selama 30 menit) |
Layar | Tipe: AMOLED, 68B colors, 120Hz, Dolby Vision, HDR10+ Ukuran: 6.67 inci Resolusi: 1440 x 3200 pixels (~526 ppi) Kecerahan Puncak: 3200 nits |
Memori | RAM/Storage: 12GB/256GB, 12GB/512GB Tipe: UFS 4.1 |
Kamera | Utama: 50 MP, f/1.6, OIS Ultrawide: 8 MP, f/2.2 Selfie: 20 MP |
Baterai | Kapasitas: 6000 mAh Charging: 90W wired, 100% dalam 37 menit |
Konektivitas | Jaringan: 5G, Wi-Fi 7, Bluetooth 5.4, NFC, Infrared Port |
Harga (Indonesia) | 12/512GB: Rp 7.499.000 (Harga promo Rp 6.999.000) |
Ekspor ke Spreadsheet
Sumber Data:
Dari tabel di atas, kelihatan jelas strategi Poco. Mereka nggak main-main soal performa inti. Chipset Snapdragon 8 Gen 3, layar resolusi 2K, dan sertifikasi IP68 adalah fitur-fitur yang biasanya jadi jualan utama HP flagship. Tapi di sisi lain, mereka melakukan kompromi yang cerdas. Setup kamera 50+8MP adalah konfigurasi yang sangat umum di HP kelas menengah, jauh dari setup tiga atau empat kamera dengan lensa telephoto di kelas atas. Ini bukan sebuah kebetulan. Ini adalah pilihan sadar yang menunjukkan Poco tahu persis siapa target pasar mereka: pengguna yang lebih mementingkan performa gaming dan ketahanan bodi daripada fleksibilitas fotografi.
Desain & Build Quality: Flexing with Style, Gak Cuma Modal Tampang
Saat membuka kotak Poco F7 Pro, kita disambut dengan paket penjualan yang cukup lengkap, sebuah hal yang makin langka di zaman sekarang. Di beberapa pasar, Poco masih menyertakan charger 90W dan kabel USB-C di dalam boks, plus sebuah soft case berwarna grafit yang fungsional. Ini adalah nilai tambah kecil yang bikin pengalaman
unboxing terasa lebih memuaskan dibanding brand yang sudah menghilangkan charger dari paket penjualannya.
Begitu digenggam, kesan premium langsung terasa. Penggunaan material frame aluminum yang kokoh dengan lapisan kaca Gorilla Glass 7i di bagian depan dan belakang memberikan feel yang solid, bukan seperti HP mid-range biasa. Desainnya juga cerdas. Poco memadukan area
glossy di sekitar modul kamera dengan finishing matte yang lembut di sisa bodi belakang. Pilihan desain ini tidak hanya membuat tampilannya lebih dinamis dan bertekstur, tapi juga fungsional karena area
matte tidak mudah kotor oleh sidik jari dan tidak terasa lengket saat digenggam lama untuk main game. Sudut-sudut yang membulat juga dirancang untuk kenyamanan ergonomis, jadi tangan nggak cepat pegal saat sesi gaming maraton.
Namun, upgrade paling signifikan di sektor ini adalah sertifikasi IP68. Ini adalah lompatan besar dari IP54 di Poco F6 Pro yang hanya tahan percikan air. Dengan IP68, Poco F7 Pro tidak cuma tahan hujan, tapi juga bisa bertahan jika tak sengaja tercebur ke air hingga kedalaman 1.5 meter selama 30 menit. Fitur ini adalah sebuah kemewahan di kelas harganya dan jadi bukti keseriusan Poco untuk memberikan durabilitas sekelas flagship.
Secara estetika, Poco F7 Pro memilih jalur yang lebih “dewasa”. Dengan pilihan warna seperti Hitam, Biru, dan Silver, desainnya terlihat streamlined dan sophisticated, jauh dari kesan “HP gaming” yang biasanya ramai dengan aksen warna-warni dan lampu RGB. Ini menunjukkan bahwa Poco tidak hanya menargetkan
hardcore gamer, tapi juga para power user—mahasiswa, pekerja kreatif, atau profesional muda—yang butuh perangkat super kencang tapi tetap terlihat elegan dan profesional untuk penggunaan sehari-hari.
Layar 2K AMOLED: Visualnya Bussin’, Bikin Betah Nge-Scroll
Kalau ada satu area di mana Poco F7 Pro benar-benar flexing habis-habisan, itu adalah layarnya. HP ini dibekali panel Flow AMOLED seluas 6.67 inci dengan resolusi 2K (1440×3200 pixels). Resolusi setinggi ini, dengan kerapatan piksel mencapai ~526 ppi, adalah spesifikasi yang biasanya dicadangkan untuk HP flagship seharga belasan juta. Hasilnya? Semua yang tampil di layar, mulai dari teks email sampai grafis game paling detail, terlihat luar biasa tajam. Ini sudah menjadi ciri khas seri F Pro selama beberapa generasi, dan Poco menolak untuk menurunkannya.
Ketajaman bukan satu-satunya senjata. Layar ini juga punya refresh rate 120Hz yang membuat pengalaman scrolling media sosial atau navigasi menu terasa buttery-smooth. Tapi yang paling gila adalah tingkat kecerahannya. Dengan kecerahan puncak mencapai 3200 nits, layar Poco F7 Pro tetap jelas dan terbaca sempurna bahkan di bawah terik matahari siang bolong.
No more nyipit-nyipit pas balas chat di luar ruangan. Ini adalah peningkatan kualitas hidup yang sangat nyata.
Untuk pengalaman nonton, bezel super tipis (hingga 1.9mm di bagian bawah) menciptakan visual yang imersif dan lapang. Dukungan untuk 68 miliar warna, Dolby Vision, dan HDR10+ memastikan konten dari Netflix atau YouTube tampil dengan warna yang kaya dan kontras yang memukau, membuat HP ini jadi perangkat hiburan portabel yang
powerful. Poco juga tidak melupakan kesehatan mata. Teknologi
dimming PWM frekuensi tinggi 3840Hz dan circular polarization hadir untuk mengurangi kedipan layar dan ketegangan mata, terutama saat menggunakan HP di kondisi minim cahaya dalam waktu lama.
Layar ini bisa dibilang fitur paling “over-specced” di Poco F7 Pro untuk kelas harganya. Saat para pesaing di rentang harga yang sama seperti Samsung A35 atau Realme 14 5G masih nyaman dengan panel FHD+ , Poco dengan berani mempertahankan panel 2K (QHD). Keputusan ini adalah sebuah pernyataan: Poco ingin memberikan pengalaman visual yang tidak bisa ditandingi oleh kompetitornya, dan ini menjadi nilai jual utama yang membedakannya dari kerumunan
mid-ranger lain.
Performa Snapdragon 8 Gen 3: Otak di Balik Gacornya!
Inilah jantung dari Poco F7 Pro: chipset Qualcomm Snapdragon 8 Gen 3. Dibuat dengan proses fabrikasi 4 nm, ini adalah otak yang sama yang mengotaki banyak HP Android flagship rilisan 2024.
No cap, inilah sumber utama kenapa HP ini bisa disebut gacor.
Bagi para gamer, performa adalah segalanya, dan Poco F7 Pro tidak mengecewakan. Skor benchmark-nya sudah cukup untuk flexing: AnTuTu v10 tembus di atas 2 juta (tepatnya 2,065,265) dan skor GeekBench 6 mencapai 6661. Angka-angka ini bukan sekadar pajangan; artinya, HP ini siap melibas game apa pun di Play Store dengan setting grafis rata kanan. Main
Genshin Impact atau Zenless Zone Zero dengan frame rate stabil? Sabi banget!. Performa ini didukung oleh teknologi WildBoost Optimization 4.0 yang diklaim mampu menjaga frame rate tetap stabil sambil menekan konsumsi daya saat bermain game berat. Tentu saja, sistem pendingin canggih juga disematkan untuk mencegah
throttling saat sesi gaming panjang.
Namun, performa kencang bukan cuma buat main game. Kombinasi RAM 12GB LPDDR5X dan penyimpanan super cepat UFS 4.1 membuat semua aktivitas harian terasa sat-set anti-lemot. Buka aplikasi instan,
multitasking puluhan aplikasi tanpa jeda, semuanya berjalan mulus.
Untuk urusan software, Poco F7 Pro berjalan di atas Android 15 dengan antarmuka HyperOS 2. Tampilannya bersih dan intuitif, mirip dengan pengalaman Android pada umumnya. Namun, ada satu hal yang perlu jadi perhatian:
bloatware. Seperti HP Xiaomi/Poco lainnya, ada beberapa aplikasi bawaan yang mungkin tidak kita butuhkan, termasuk browser Opera dan beberapa aplikasi pihak ketiga seperti Amazon. Kabar baiknya, sebagian besar
bloatware ini bisa dihapus dengan mudah, jadi tidak terlalu mengganggu.
Menariknya, ada sebuah anomali dalam lini produk Poco F7 itu sendiri. Poco F7 versi reguler (non-Pro) justru dirumorkan memakai chipset Snapdragon 8s Gen 4, yang diklaim Qualcomm punya performa overall lebih kencang dari Snapdragon 8 Gen 3. Ini adalah strategi yang tidak biasa. Biasanya, model “Pro” selalu punya performa paling tinggi. Hal ini menyiratkan bahwa label “Pro” di F7 Pro tidak hanya soal chipset. Ini tentang
keseluruhan paket premium: layar 2K yang superior, ketahanan air IP68, dan material bodi yang lebih mewah. Jadi, F7 Pro adalah HP dengan pengalaman premium menyeluruh, sementara F7 reguler mungkin lebih fokus pada performa mentah. Ini adalah pembedaan penting bagi calon pembeli yang mungkin bingung dengan penamaan produknya.
Kamera 50MP OIS: Cukup Buat Konten Medsos atau Cuma Gimmick?
Di tengah gempuran spesifikasi dewa, sektor kamera Poco F7 Pro terlihat lebih “membumi”. Ini adalah area di mana Poco melakukan kompromi paling terlihat, tapi dengan cara yang cerdas. Mereka tidak mencoba menjejalkan tiga atau empat lensa yang kualitasnya biasa saja, melainkan fokus pada satu kamera utama yang benar-benar bisa diandalkan.
Kamera utamanya menggunakan sensor Light Fusion 800 50MP dengan bukaan lensa lebar f/1.6 dan dilengkapi OIS (Optical Image Stabilization). Ini adalah sensor yang solid dan modern, bahkan sama dengan yang digunakan pada Poco F7 Ultra yang harganya lebih mahal. Dalam kondisi cahaya melimpah, hasilnya sangat memuaskan. Foto-foto terlihat detail, punya
dynamic range yang luas, dengan reproduksi warna yang natural dan tidak berlebihan—cocok banget buat diunggah ke Instagram tanpa perlu banyak edit. Di malam hari, performanya juga mengejutkan. Untuk kelasnya, hasil foto
low-light dari kamera utama terbilang excellent, mampu menangkap detail dengan baik dan menjaga warna tetap akurat.
Sementara itu, lensa pendampingnya terasa lebih standar. Kamera ultrawide 8MP-nya bisa dibilang “cukup”. Di siang hari, hasilnya lumayan bagus dan seringkali melebihi ekspektasi untuk sensor 8MP, tapi ketajamannya terbatas dan tidak ada autofokus. Di malam hari, kualitasnya menurun drastis dan cenderung
mushy. Untuk kamera depan 20MP, hasilnya juga tergolong standar: cukup untuk video call atau selfie sesekali, tapi detailnya kurang tajam dan warnanya terkadang pucat.
Untuk perekaman video, kamera utama mampu merekam hingga resolusi 8K 24fps, sebuah fitur yang masih jarang di kelasnya. Video 4K-nya juga sangat bagus, dengan detail yang tajam dan stabilisasi yang efektif. Namun, perlu dicatat bahwa kamera
ultrawide dan selfie hanya mentok di resolusi 1080p.
Strategi kamera ini sangat pragmatis. Poco sadar bahwa mayoritas pengguna lebih sering memakai kamera utama. Daripada membuang biaya untuk sensor makro 2MP yang seringkali cuma jadi gimmick (seperti pada F6 Pro ), mereka mengalokasikan budget untuk sensor utama yang berkualitas. Ini adalah pendekatan jujur yang lebih menghargai pengguna.
Baterai 6000mAh & Charging: Awet Seharian, Ngecas Nggak Pake Lama
Salah satu upgrade paling signifikan di Poco F7 Pro adalah sektor daya tahan. Poco menanamkan baterai monster berkapasitas 6000mAh, sebuah peningkatan 20% dari baterai 5000mAh di Poco F6 Pro. Kapasitas jumbo ini, dikombinasikan dengan efisiensi Snapdragon 8 Gen 3 dan teknologi baterai
silicon-carbon yang lebih padat energi, menghasilkan daya tahan yang luar biasa. Skor
active use yang mencapai 13 jam 51 menit membuktikan bahwa HP ini adalah seorang pelari maraton. Untuk penggunaan berat sekalipun, F7 Pro bisa dengan mudah bertahan seharian penuh, dan sangat mungkin mencapai dua hari untuk penggunaan normal.
Untuk pengisian daya, HP ini didukung teknologi wired charging 90W. Kecepatan ini mampu mengisi baterai dari kosong hingga penuh hanya dalam waktu sekitar 37-40 menit. Meskipun sangat cepat, angka ini sebenarnya sedikit turun dari pendahulunya, Poco F6 Pro, yang punya
charging 120W dan bisa penuh dalam 19 menit.
Namun, ada satu “gajah di dalam ruangan” yang harus dibahas: absennya wireless charging. Ini terasa seperti sebuah kemunduran, mengingat fitur ini pernah ada di Poco F5 Pro dua tahun lalu. Ini jelas merupakan sebuah keputusan sadar dari Poco. Mereka tampaknya bertaruh bahwa pengguna lebih memilih daya tahan baterai monster 6000mAh daripada kemewahan
wireless charging. Pengorbanan fitur ini memungkinkan Poco untuk menanamkan sel baterai yang lebih besar tanpa membuat bodi HP menjadi terlalu tebal (tetap di 8.1mm) sekaligus menekan biaya produksi. Ini adalah sebuah pertaruhan yang akan sangat menarik bagi para gamer dan
power user, namun mungkin akan membuat sebagian pengguna yang sudah terbiasa dengan ekosistem flagship merasa cringe.
Head-to-Head: Adu Gengsi di Kelas ‘Flagship Killer’
Poco F7 Pro tidak lagi hanya bersaing dengan HP kelas menengah biasa. Lawan tandingnya kini lebih berat, mulai dari jagoan kelas menengah-atas dari brand raksasa, saudara tuanya sendiri, hingga penantang baru yang sama-sama gacor. Mari kita adu speknya biar kelihatan siapa yang paling unggul di atas kertas.
Tabel 2: Poco F7 Pro vs. Kompetitor Kelas Berat
Fitur | Poco F7 Pro | Samsung Galaxy A56 | Poco F6 Pro | iQOO Neo 10 |
Chipset | Snapdragon 8 Gen 3 | Exynos 1580 | Snapdragon 8 Gen 2 | Snapdragon 8s Gen 4 |
Skor AnTuTu v10 | ~2.065.000 | ~919.000 | ~1.584.000 | ~2.426.000 |
Layar | 2K (1440p) AMOLED | FHD+ (1080p) Super AMOLED | 2K (1440p) AMOLED | 1.5K (1260p) AMOLED |
Baterai | 6000 mAh | 5000 mAh | 5000 mAh | 7000 mAh |
Charging | 90W | 45W | 120W | 120W |
Kamera Utama | 50 MP OIS | 50 MP OIS | 50 MP OIS | 50 MP OIS |
IP Rating | IP68 | IP67 | IP54 | IP65 |
Harga (Kisaran) | ~Rp 7 Juta | ~Rp 6,2 – 7,2 Juta | ~Rp 6-7 Jutaan | ~Rp 6 – 7,5 Juta |
Sumber Data:
Dari tabel perbandingan, pertarungan menjadi jauh lebih menarik dan kompleks:
- vs. Samsung Galaxy A56: Di sini Poco F7 Pro menunjukkan dominasinya. Dengan skor AnTuTu lebih dari dua kali lipat, layar 2K yang jauh lebih tajam, baterai lebih besar, dan pengisian daya dua kali lebih cepat, F7 Pro jelas menang telak di hampir semua aspek teknis. Samsung A56 mungkin menawarkan pengalaman software One UI yang lebih matang dan jaminan update OS lebih lama, tapi bagi mereka yang memprioritaskan performa mentah dan spesifikasi, F7 Pro adalah pilihan yang tidak terbantahkan.
- vs. Poco F6 Pro (Sibling Rivalry): Pertarungan keluarga ini menunjukkan evolusi yang jelas. F7 Pro membawa chipset yang lebih baru dan efisien (Snapdragon 8 Gen 3 vs Gen 2), baterai yang jauh lebih besar (6000mAh vs 5000mAh), dan yang paling penting, lompatan besar dalam ketahanan dengan IP68 (dibanding IP54 pada F6 Pro). F6 Pro hanya unggul tipis di kecepatan charging (120W vs 90W). Peningkatan daya tahan baterai dan ketahanan air membuat F7 Pro menjadi upgrade yang sangat signifikan dan lebih bijak untuk jangka panjang.
- vs. iQOO Neo 10 (The Gaming Challenger): Ini adalah pertarungan paling sengit. iQOO Neo 10 datang dengan chipset Snapdragon 8s Gen 4 yang skor AnTuTu-nya bahkan lebih tinggi, baterai raksasa 7000mAh, dan charging 120W yang lebih kencang. Namun, Poco F7 Pro membalas dengan keunggulan di sektor yang paling memanjakan mata: resolusi layar 2K yang superior dibandingkan 1.5K milik iQOO. Selain itu, F7 Pro juga menawarkan IP rating yang sedikit lebih tinggi (IP68 vs IP65). Pilihan di antara keduanya tergantung prioritas: jika Anda adalah hardcore gamer yang butuh daya tahan baterai maksimal dan performa tertinggi, iQOO Neo 10 adalah monsternya. Tapi jika Anda menginginkan pengalaman visual premium yang lebih tajam untuk nonton dan penggunaan sehari-hari, sambil tetap mendapatkan performa level dewa, layar 2K Poco F7 Pro adalah pemenangnya.
Final Verdict: Jadi, Sabi Diangkut Nggak?
Setelah membedah semuanya, saatnya menarik kesimpulan. Poco F7 Pro bukanlah HP yang sempurna untuk semua orang, tapi ia adalah HP yang sangat fokus dan tahu persis apa tujuannya.
Yang Bikin Slay:
- Performa Gacor: Kecepatan level flagship berkat Snapdragon 8 Gen 3, siap melibas semua tugas dan game terberat.
- Layar Bussin’: Panel 2K 120Hz AMOLED yang tajam, cerah, dan mulus. Enak banget buat nonton dan main game.
- Baterai Mode Buas: Kapasitas raksasa 6000mAh yang awetnya kebangetan.
- Build Premium: Terasa kokoh dengan frame aluminum dan punya sertifikasi IP68 yang bikin tenang.
- No Cap Value: Kombinasi performa dan fitur premium dengan harga yang sangat kompetitif.
Yang Bikin Cringe:
- Kompromi Kamera: Kamera ultrawide dan selfie hanya sebatas “cukup”. Tidak ada lensa telephoto untuk zoom optik.
- Tanpa Wireless Charging: Sebuah fitur kenyamanan yang hilang, padahal pernah ada di seri sebelumnya.
- Potensi Bloatware: Antarmuka HyperOS mungkin datang dengan beberapa aplikasi bawaan, meskipun bisa dihapus.
Jadi, buat siapa HP ini?
- Angkut kalau lo… seorang mobile gamer sejati, power user yang sering multitasking berat, atau penikmat konten yang menginginkan layar terbaik dan baterai paling awet di kelas harganya. Kalau performa adalah tuhanmu, maka Poco F7 Pro adalah kuilnya.
- Skip kalau lo… seorang fotografer mobile yang butuh sistem kamera serbaguna dengan lensa ultrawide dan telephoto yang sama-sama bagus. Atau jika wireless charging adalah fitur wajib yang tidak bisa ditawar dalam keseharian lo.
Pada akhirnya, Poco F7 Pro adalah sebuah pernyataan. Ia tidak mencoba menyenangkan semua orang. Sebaliknya, ia memberikan kekuatan dan fitur premium yang luar biasa untuk audiens spesifik dengan harga yang akan membuat para pesaingnya merasa salty. Ini bukan sekadar HP yang bagus, tapi sebuah tolok ukur baru tentang apa yang mungkin ditawarkan di pasar kelas menengah pada tahun 2025. Apakah ini HP paling
worth it tahun ini? No cap, ia adalah salah satu kandidat terkuat.
Tinggalkan Balasan